Cari Blog Ini

Rabu, 17 Oktober 2012

SEDETIK RENUNGAN JELANG TIDUR






Jika menjelang tidur, masih sempat keluar umpat berbungkus keluh. Mungkin ketika mati, juga persis akan terjadi setelah beberapa detik mengeluh.

Ini bukan catatan milik manusia yang memiliki pena bertinta emas. Tapi, dalam ketiadaan warna
emas meski hanya sekadar tinta, terpikir dan meyakini bahwa; bukan tinta seperti apa yang
dimiliki yang m
embuat sebuah kalimat itu memiliki harga. Seperti bukan seindah apa dua
bibir mengeluarkan kata-kata.

Di sana, dalam titik terdalam kejujuran. Yang
dibutuhkan adalah kebeningan dengan kesejukan.

Seulas senyum dari bibir sumbing, jauh lebih indah dari sekadar bibir indah. Satu tangan
lumpuh, tetapi tangan yang lainnya masih memberi belaian sejuk selalu lebih baik dari dua
tangan yang lunglai begitu saja. Atau, dua mata yang tidak berkesempatan melihat indahnya
matahari, namun bisa menebar kehangatan.

Ketidaksempurnaan yang disadari adalah sebuah
kesempurnaan yang sebenarnya, kukira. Sebuah
kesempurnaan yang memang standar manusia.

Pun Tuhan belum pernah mendikte manusia untuk memaksa diri bisa sesempurna-Nya.

Oh, saya sedang meracau sesaat. Sambil mengulik ketidaksempurnaan diri. Jika tanpa sengaja kau membaca ini. Semoga kau tidak melihat ini hanya racauanku saja sebagai pelampiasan mencari-cari
celah eskapis, pelarian diri. Tapi, bisa kau ambil untuk kau bakar dalam minuman besok pagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer